PRL Semakin Sepi, Pedagang Siap-Siap Angkat Kaki

oleh

Pers: Husman

infojitunasional.com

Perhelatan Pekan Raya Lampung (PRL) Tahun 2024 benar-benar tidak diminati oleh warga masyarakat umum. Baru sepekan digelar, sudah banyak pedagang yang mengaku akan segera angkat kaki.

Mengapa begitu? “Nggak masuk pendapatannya, mas. Sudah bayar sewanya mahal, pengunjungnya juga sedikit. Jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sekarang ini sepi bener,” kata seorang pedagang kuliner yang mengaku menyewa tenda ukuran 5 x 5 m2 seharga Rp 17 juta kepada PT Grand Modern Indonesia (GMI) sebagai EO hasil penunjukan Pemprov Lampung.

Pedagang yang mengaku bernama Ary ini menegaskan, sikapnya untuk segera angkat kaki dari arena PRL semata-mata agar tidak semakin banyak kerugiannya kedepan.

“Kalau nunggu PRL selesai tanggal 10 Juni nanti baru angkat kaki, ya makin banyak aja ruginya, mas. Lebih baik rugi karena sudah bayar sewa tenda ketimbang kelamaan disini malah nambah ruginya,” ucap dia, sambil tersenyum kecut.

Beberapa pedagang lain yang menyewa booth ukuran 3 x 3 m2 senilai Rp 10 juta, juga menyatakan hal serupa. Namun mereka masih akan melihat perkembangan hingga Sabtu malam mendatang.

“Kami masih mau lihat malam Minggu nanti kayak mana. Sebab, didatengin artis Jakarta kesini juga Rabu malam kemarin, tetep nggak ramai. Nggak ada panggilan buat masyarakat dateng kesini,” kata Bima, pedagang lainnya.

Para pedagang ini mengakui, persoalan utama sepinya PRL 2024 adalah mahalnya harga tiket masuk.

“EO-nya nggak profesional. Langsung kasih harga tiket mahal, padahal mestinya kan lihat animo masyarakat dulu. Kalau minatnya sudah tinggi, baru dinaikin tarifnya. Ya beginilah kalau yang ngelaksanain pameran mikirnya cuma keuntungan, ditambah nggak punya kemampuan ngebaca situasi masyarakat saat ini,” lanjut Bima.

Menurutnya, wajar saja EO memikirkan keuntungan atas apa yang dilakukannya, tetapi sebaiknya tetap memiliki keluwesan dalam meraupnya, sehingga apa yang ditargetkan akan tercapai.

Ia memperkirakan, PT GMI sebagai EO PRL 2024 sulit mendapatkan keuntungan sebagaimana yang telah diestimasikan, akibat sepinya pengunjung.

“Mumpung masih ada waktu satu mingguan lagi, sebaiknya EO memang ambil langkah-langkah radikal buat benahi suasana disini. Banyak hal yang sebenernya bisa dilakuin kalau EO-nya memang piawai dalam ngemas acara semacam ini,” imbuhnya.

Sementara seorang enterpreneur di Jakarta, Kamis (30/5/2024), menyatakan pihaknya pernah dihubungi oleh pihak yang bekerjasama dengan EO PRL 2024 untuk mendatangkan artis-artis ternama.

“Tapi, setelah kami pelajari dari cara promosinya saja yang jauh dari menarik dalam tata letaknya, kami langsung memutuskan untuk tidak bekerjasama. Sekilas saja kami bisa tahu bila EO-nya memang jauh dari profesional,” kata dia, sambil menunjukkan beberapa baliho PRL yang dipasang pada beberapa tempat di Bandar Lampung melalui gadgetnya.

Dikatakan, sebagai “penjual jasa” pihaknya sangat mudah dalam menilai kualitas EO yang menangani sebuah acara bernafaskan hiburan.

“Jadi kalau banyak yang bilang PRL sekarang ini sepi pengunjung, ya wajar saja. Dari kemasan acaranya memang tidak menarik, ditambah harga tiketnya yang begitu mahal. Kasihan nama Pemprov Lampung-nya, ikut rusak gara-gara milih EO kelas beginian,” lanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *